07-29-2020, 11:47 AM
Dari hari ke hari, jumlah kasus virus corona atau COVID-19 di Indonesia terus mengalami peningkatan sejak pertama kali dinyatakan adanya kasus virus ini di bulan Maret 2020 lalu. Hal ini tentunya menjadi kecemasan banyak pihak. Untuk mengurangi penyebaran virus corona, pemerintah berupaya melakukan upaya pemeriksaan rapid test di sejumlah wilayah di Indonesia. Namun karena keterbatasan alat, layanan rapid test virus corona ini belum bisa dilakukan secara serentak.
Rapid test merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi virus corona atau COVID-19 dalam tubuh seseorang. Rapid test dilakukan sebagai skrining awal infeksi virus corona pada mereka yang beresiko tinggi terkena paparan. Di Indonesia, pemeriksaan ini menggunakan sampel darah untuk mendeteksi kadar antibodi immunoglobulin terhadap virus dalam tubuh.
Antibodi adalah protein yang dibentuk oleh sistem kekebalan tubuh manusia guna melawan virus, bakteri, maupun benda asing lainnya. Adapun jenis immunoglobulin yang diperiksa pada layanan rapid test ini, yaitu:
• Immunoglobulin G (IgG).
Merupakan jenis antibodi yang umum ditemukan dalam darah dan cairan tubuh lainnya. Antibodi ini mampu menyimpan memori tentang virus atau bakteri yang pernah masuk ke dalam tubuh manusia, sehingga dapat memberikan perlindungan dari infeksi virus selanjutnya.
• Immunoglobulin M (IgM).
IgM akan dihasilkan oleh tubuh manusia setelah terpapar virus atau bakteri untuk pertama kalinya. Sehingga bisa dikatakan, antibodi yang satu ini menjadi pelindung pertama dari suatu infeksi.
Rapid test perlu dilakukan sebagai skrining awal infeksi virus corona bagi mereka yang beresiko tinggi terkena paparan. Pemeriksaan ini sangat direkomendasikan bagi mereka dengan kriteria berikut:
1. Orang tanpa gejala (OTG), terutama bagi mereka yang pernah melakukan kontak minimal 7 hari dengan pasien positif corona atau beresiko tertular dari penderita corona, seperti petugas kesehatan.
2. Orang dalam pemantauan (ODP).
3. Pasien dalam pengawasan (PDP).
4. Orang yang memiliki profesi dengan kemungkinan kontak dengan orang lain lebih sering, seperti tentara, polisi, petugas bandara, pejabat publik, kurir, pengemudi ojek online, dll.
Rapid test sendiri sebelumnya sudah diterapkan di beberapa negara, seperti China, Korea Selatan, Amerika Serikat, Italia, dan Perancis. Dianggap sebagai langkah tepat untuk mengurangi penyebaran virus corona, ada sejumlah fakta mengenai rapid test yang perlu Anda ketahui, yaitu:
1. Rapid test praktis, namun tidak mudah.
Rapid test memang memerlukan beberapa menit saja dalam pelaksanaannya, namun begitu perlu ketelitian lebih saat para petugas medis melakukannya. Pada petugas medis harus tetap menggunakan APD lengkap untuk menghindari kontaminasi dengan masyarakat.
2. Cara kerja rapid test.
Cara kerja rapid test adalah dengan memeriksa antibodi pada darah seseorang untuk mendeteksi ada tidaknya virus pada tubuh seseorang namun tidak secara langsung. Jika test menunjukkan adanya virus, maka perlu penelitian lebih lanjut untuk mendeteksinya.
3. Akan ada pembagian kelompok.
Orang yang sudah melakukan kontak dengan orang positif corona akan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu orang tanpa gejala (ODP), orang dalam pemantauan (ODP, dan pasien dalam pengawasan (PDP). Belum tentu orang dari tiga kelompok tersebut dinyatakan positif, aka nada kemungkinan juga yang dinyatakan negative. Bagi yang dinyatakan negative, disarankan untuk melakukan isolasi mandiri.
Dengan kondisi pandemi corona seperti saat ini, cukup beresiko jika melakukan layanan rapid test di rumah sakit. Oleh karena itu, menggunakan layanan kesehatan berkualitas dari rumah sakit terpercaya akan sangat membantu menjawab kebutuhan Anda. Cukup dengan mengakses aplikasinya, Anda sudah bisa mendapatkan layanan pemeriksaan kesehatan di rumah dibantu oleh tenaga kesehatan yang kompeten di bidangnya.
Rapid test merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi virus corona atau COVID-19 dalam tubuh seseorang. Rapid test dilakukan sebagai skrining awal infeksi virus corona pada mereka yang beresiko tinggi terkena paparan. Di Indonesia, pemeriksaan ini menggunakan sampel darah untuk mendeteksi kadar antibodi immunoglobulin terhadap virus dalam tubuh.
Antibodi adalah protein yang dibentuk oleh sistem kekebalan tubuh manusia guna melawan virus, bakteri, maupun benda asing lainnya. Adapun jenis immunoglobulin yang diperiksa pada layanan rapid test ini, yaitu:
• Immunoglobulin G (IgG).
Merupakan jenis antibodi yang umum ditemukan dalam darah dan cairan tubuh lainnya. Antibodi ini mampu menyimpan memori tentang virus atau bakteri yang pernah masuk ke dalam tubuh manusia, sehingga dapat memberikan perlindungan dari infeksi virus selanjutnya.
• Immunoglobulin M (IgM).
IgM akan dihasilkan oleh tubuh manusia setelah terpapar virus atau bakteri untuk pertama kalinya. Sehingga bisa dikatakan, antibodi yang satu ini menjadi pelindung pertama dari suatu infeksi.
Rapid test perlu dilakukan sebagai skrining awal infeksi virus corona bagi mereka yang beresiko tinggi terkena paparan. Pemeriksaan ini sangat direkomendasikan bagi mereka dengan kriteria berikut:
1. Orang tanpa gejala (OTG), terutama bagi mereka yang pernah melakukan kontak minimal 7 hari dengan pasien positif corona atau beresiko tertular dari penderita corona, seperti petugas kesehatan.
2. Orang dalam pemantauan (ODP).
3. Pasien dalam pengawasan (PDP).
4. Orang yang memiliki profesi dengan kemungkinan kontak dengan orang lain lebih sering, seperti tentara, polisi, petugas bandara, pejabat publik, kurir, pengemudi ojek online, dll.
Rapid test sendiri sebelumnya sudah diterapkan di beberapa negara, seperti China, Korea Selatan, Amerika Serikat, Italia, dan Perancis. Dianggap sebagai langkah tepat untuk mengurangi penyebaran virus corona, ada sejumlah fakta mengenai rapid test yang perlu Anda ketahui, yaitu:
1. Rapid test praktis, namun tidak mudah.
Rapid test memang memerlukan beberapa menit saja dalam pelaksanaannya, namun begitu perlu ketelitian lebih saat para petugas medis melakukannya. Pada petugas medis harus tetap menggunakan APD lengkap untuk menghindari kontaminasi dengan masyarakat.
2. Cara kerja rapid test.
Cara kerja rapid test adalah dengan memeriksa antibodi pada darah seseorang untuk mendeteksi ada tidaknya virus pada tubuh seseorang namun tidak secara langsung. Jika test menunjukkan adanya virus, maka perlu penelitian lebih lanjut untuk mendeteksinya.
3. Akan ada pembagian kelompok.
Orang yang sudah melakukan kontak dengan orang positif corona akan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu orang tanpa gejala (ODP), orang dalam pemantauan (ODP, dan pasien dalam pengawasan (PDP). Belum tentu orang dari tiga kelompok tersebut dinyatakan positif, aka nada kemungkinan juga yang dinyatakan negative. Bagi yang dinyatakan negative, disarankan untuk melakukan isolasi mandiri.
Dengan kondisi pandemi corona seperti saat ini, cukup beresiko jika melakukan layanan rapid test di rumah sakit. Oleh karena itu, menggunakan layanan kesehatan berkualitas dari rumah sakit terpercaya akan sangat membantu menjawab kebutuhan Anda. Cukup dengan mengakses aplikasinya, Anda sudah bisa mendapatkan layanan pemeriksaan kesehatan di rumah dibantu oleh tenaga kesehatan yang kompeten di bidangnya.